Sabtu, 20 April 2013



Benteng Malborough



                                            (Gambar : Benteng malborough)
Banteng Marlborough adalah benteng peninggalan Inggris di kota Bengkulu. Nama benteng ini menggunakan nama seorang bangsawan dan pahlawan Inggris, yaitu John Churchil, Duke of Marlborough I. Benteng ini tergolong terbesar di kawasan Asia. Peninggalan sejarah ini memiliki daya tarik yang besar karena kelangkaannya. Benteng ini dulunya merupakan pusat pemerintahan kolonial Inggris yang menguasai Provinsi Bengkulu selama lebih kurang 140 tahun (1685-1825).Sehingga benteng ini pun masih memiliki bentuk yang sesuai dengan desain asli bangunan abad ke-17.
Benteng Marlborough merupakan benteng terbesar yang dibangun oleh kolonial Inggris di Asia Tenggara dan terletak di pusat kota Bengkulu yang menghadap ke laut. Benteng Marlborouh berukuran 240 x 170 meter dan berbentuk persegi. Meskipun terlihat mengesankan, Benteng Marlborough hanya di gunakan dua kali yaitu pada masa pemberontakan oleh orang Indonesia (1719) dan oleh Perancis tahun 1760.
Benteng ini diakui ahli sejarah merupakan benteng peninggalan Inggris terbesar di Asia Tenggara, tujuan dibuatnya benteng adalah sebagai basis pertahanan militer Inggris. Seiring dengan kuatnya cengkraman Inggris di Bengkulu, maka fungsi Benteng berubah menjadi kepentingan perdagangan.
Benteng dijadikan tempat koordinasi bagi kelancaran suplai lada bagi perusahaan dagang Inggris, East Indian Company, dan pusat pengawasan jalur pelayaran dagang yang melewati Selat Sunda. Di gerbang pintu masuk sebelah kanan dan kiri terdapat dua koridor yang sekarang telah berubah fungsi menjadi meja penyambutan pengunjung. Dahulu koridor tersebut sebagai tahanan para pejuang rakyat Indonesia, konon presiden RI pertama Soekarno, pernah mendekam di ruangan itu.
Di dalam sel tahanan ada satu lukisan kompas yang dipahat pada tembok penjara, ada beberapa catatan tertinggal di dekat lukisan kompas itu, catatan tersebut menceritakan betapa perihnya perasaan hati para tahanan selama mereka di penjarakan oleh Inggris. Hingga saat ini tidak ada yang bisa menjelaskan siapakah yang membuat lukisan kompas tersebut.
Memasuki pada badan benteng kita akan menemukan lapangan berbentuk segi empat seluas setengah lapangan sepak bola, ada dua terowongan di pojok depan dan sebelah kiri benteng. Ada yang berasumsi terowongan tersebut tembus hingga Pantai Panjang Bengkulu,sebagai jalan keluar militer Inggris bila terkepung, namun ada pula yang beranggapan terowongan itu buntu. Selanjutnya, ada  beberapa ruangan di dalam benteng, ruangan besar yang berlapis batu bata tebal disinilah tempat tinggal para perwira tinggi Inggris dan keluarga. Terdapat pula beberapa gudang penyimpanan mesiu, seperti senapan, meriam, dan pelurunya.
Benteng ini tidak terlepas dari sejarah keberadaan bangsa Inggris di Bengkulu. Pada bulan Juni 1685 kapal-kapal dagang Inggris berlabuh di depan muara sungai Bengkulu. Setelah mendapatkan kata sepakat, bahwa Inggris dapat menetap dan dapat melakukan perniagaan secara bebas, maka dibuat suatu perjanjian untuk pertama kalinya dengan Pangeran Raja Muda dari Kerajaan Sungai Limau oleh Ralp Ord sebagai wakil dari pihak Inggris. Dengan persetujuan perjanjian itu, bangsa Inggris untuk pertama kalinya membangun kantor dagang dan sekaligus sebagai bentengnya disamping muara Sungai Serut. Kantor dagang atau benteng ini mereka namakan Fort York.

Fort York didirikan di atas sebuah bukit kecil di pinggiran muara Sungai Serut yang dikelilingi oleh rawa-rawa sehingga timbul berbagai penyakit menular terutama malaria, banyak prajurit dari pegawai sipil di benteng ini meninggal karena penyakit . Selain itu, letaknya kurang menguntungkan bagi bangsa Inggris. Inggris berusaha mengadakan pendekatan kembali kepada raja-raja Bengkulu untuk mendapatkan lokasi baru untuk mendirikan benteng sebagai pengganti Fort York. Berkat pendekatan dengan raja-raja di Bengkulu, Inggris mendapatkan lokasi baru yang lebih besar dan letaknya yang strategis diantara sebuah bukit kecil di pinggir pantai Tapak Paderi. Pembangunan benteng ini dilakukan secara bertahap selama lima tahun, pembangunanya dikerjakan oleh arsitek dan para pekerja yang sengaja didatangkan dari India. Pemberian nama Fort Malborough adalah sebagai kenangan kepala seorang komondan militer Inggris yang terkenal “The First Duke Of Marlborough.

Pemerintah Inggris mendirikan benteng ini bertujuan untuk memperkuat kedudukan mereka dari ancaman kolonial Belanda, kesultanan Banten serta untuk mengatasi kemungkinan ancaman pemberontakan rakyat yang merasa tertekan oleh politik penjajahan yang mereka jalankan.

Dengan dibangunya Fort Marlborough yang baru ini, disekitar benteng dipersiapkan sebauh kota, dengan memulai membuka pasar sebagai pusat perdagangan dan oleh penduduk Bengkulu dikenal dengan nama Pasar Melabro. Dari sinilah dapat dikatakan mulai lahirnya kota Bengkulu yang sekarang.

Masalah utama yang dihadapi oleh Inggris di Bengkulu pada masa berkuasanya adalah jarak yang terlalu jauh dengan pemimpin yang berpusat di London. Untuk kebutuhan logistik yang dikirim dari London memakan waktu sampai delapan bulan . Tidaklah mengherankan bahwa persediaan beberapa perlengkapan penting di benteng ini sering berada pada tingkat yang mengkhawatirkan. Beberapa perlengkapan utama seperti mesiu terpaksa di beli dari kapal-kapal dagang yang singgah di Bengkulu.

Pada tahun 1759 perbentengan dilengkapi dengan parit kering yang masih dapat dilihat sampai sekarang. Parit ini dalamnya sekitar 6 kaki dan lebarnya 12 kaki. Tanah galian itu diletakkan antara dinding benteng yang lama dengan dinding baru sebelah luarnya yang khusus dibangun yang tujuanya untuk meredam serengan mariam. Penambahan ini membuat benteng terlihat seperti sekarang .

Tidak lama setelah pembangunan parit benteng, suatu skuadroun laut Perancis dibawah pimpinan Comte Charles mendarat di Bengkulu. Karena kekurangan amunisi dan perbekalan hanya memberikan suatu satu pilihan bagi pihak Inggris yaitu menyerah. Kota Bengkulu dan benteng dikuasai Perancis tanpa pertumpahan dara. Perancis memanfaatkan benteng ini untuk mempenjarakan orang Inggris. Dalam delapan bulan berikutnya banyak pasukan Perancis meninggal karena berbagai penyakit sehingga akhirnya komandan Perancis memutuskan untuk meningggalkan Bengkulu dan menyerahkan benteng kepada pasukan Inggris, yang sudah berkurang kekuatanya akibat berbagai penyakit.

Pada masa pemerintahan Thomas Stamford Raffles pada 1818 – 1824 Bengkulu menjadi terkenal. (Bunga bangkai, Rafflesia arnoldi,  mengambil nama dari Raffless yang sekarang menjadi lambang propinsi Bengkulu).  Pada 1825 Inggris yang menguasai Bengkulu melakukan tukar menukar dengan Belanda yang menguasai Malaysia dan Singapura. Belanda selanjutnya menempati benteng Malborough sampai perang dunia II yang pada akhirnya semua wilayah Sumatera diduduki tentara Jepang sampai Jepang menyerah kalah pada 1945. Setelah kemerdekaan RI tahun 1945 benteng tersebut digunakan oleh TNI dan polisi sampai tahun 1970. Setelah kemerdekaan RI Bengkulu merupakan salah satu Keresidenan di Provinsi Sumatera Selatan, baru pada tahun 1968 Bengkulu terwujud menjadi Provinsi yang berdiri sendiri dan lepas dari Provinsi Sumatera Selatan.

Secara kronologis, sejarah benteng Marlborough dapat diuraikan sebagai berikut :

Tahun 1714-1719 : Masa Pembangunan Fort Marlborough
Tahun 1719-1724 : Fort Marlborough ditinggalkan sebagai akibat serangan rakyat Bengkulu.
Tahun 1724-1825 : Fort Marlborough kembali dikuasai Inggris
Tahun 1825-1942 : Fort Marlborough dikuasai Belanda
Tahun 1942-1945 : Fort Marlborough deikuasai Jepang
Tahun 1949 : Fort Marlborough kembali dikuasai Belanda
Tahun 1949-1983 : Dikuasai oleh Republik Indonesia (TNI-AD, KODIM 0407 Bengkulu Utara)
Tahun 1983-1984 : Benteng dipugar Pemerintah Republik Indonesia, melalui Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.